Efek salju

Minggu, 16 November 2014

Tak Pernah Ternilai



Aku bagaikan sebutir gula dalam larutan teh, memiliki rasa namun tak pernah terasa olehmu. Bagaikan sebutir padi diantara semangkuk nasi, seorang wanita diantara banyaknya wanitamu. Tapi apalah arti semangkuk nasi bila kau hanya menginginkan gandum yang jauh lebih bergizi, namun apakah gandum itu dapat kau jangkau?
 Kita bagaikan permainan kartu domino, aku jatuh untukmu namun kamu jatuh untuk orang lain. Aku mengerti sejak awal bahwa jatuh itu sakit, tapi aku merelakan jatuh untukmu. Mungkin kamu berpikir aku bodoh karna mau jatuh demi orang sepertimu, tapi apakah lebih bodoh mengharapkan seorang yang tidak bisa kau miliki? Iya aku memang 2 kali lebih bodoh. Kenapa? Karna aku membiarkan diriku jatuh dan aku mengharapkan seorang yang tak bisa ku miliki.
Dapatkah sebutir padi menjadi sebutir gandum? Tidak ada yang mustahil didunia ini, dengan sedikit sentuhan kecil dapat merubah segalanya. Sama sepertiku, aku dapat menjadi sebutir gandum bahkan lebih baik dari itu, tapi apakah aku harus menjadi sebutir gandum agar kamu dapat mencintaiku?  There someday when u need me I've become myself again, cause I was tired of being like her.
Seorang berkata “mencintai itu seperti anak kecil apa adanya”, tanpa kau sadari anak kecil lebih banyak bermimpi daripada kenyataan. Kini yang seharusnya kau tahu bahwa dalam kenyataannya aku mencintaimu dan kenyataan lebih menyakitkan adalah kau mencintai mimpimu, mimpimu untuk mendapatkan dia seseorang yang tidak pernah melihatmu ada. Seorang yang hanya membenci kata kata cinta yang terucap darimu.
            Yakin lah bahwa saat ini kau sedang bercermin diantara dua realita yang sama. Saat kau berpikir kau mencintainya tak terbalas, begitu lah pikiranku saat aku mencintaimu. Saat kau merasa  tak pernah ternilai sedikitpun perasaanmu terhadapnya begitu pula aku merasakan saat aku mencoba menghiburmu dalam dukamu